Minggu, 06 April 2008

KUALITAS PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA

Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas pendidikan adalah Finlandia.Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengannama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandiabukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulaisekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun,dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu.Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jamperminggu Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisaditerima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula.Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metodekelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancangsendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negaralain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagianyang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian,ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!Inimembantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan merekasendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru.Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yangmembuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagaikesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistempendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi,kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.Diambil dari Top of the Class - Fergus Bordewich(Yuni)

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPTI-PNF

d. 26 Januari 2008, “Berpikir Besar, Diawali Dengan Pekerjaan Yang Kecil”, demikian motto yang diangkat dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPTI-PNF. Forum Pengelola Teknologi Informasi Pendidikan NonFormal merupakan salah satu dari 11 asosiasi/forum PTK-PNF yang berdiri pada tahun 2006. Embrio awal pembentukan forum ini timbul pada saat kegiatan penyusunan grand desain pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) Direktorat Tenaga Teknis, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (Ditjen PLS) di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2004. Pemikiran ini timbul disebabkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut:a. Selama ini pengembangan SIM pada pemerintah dengan anggaran yang sangat besar terkesan sia-sia. b. Pengembangannya tidak mempunyai sebuah perencanaan yang matang ke depan dan sesuai dengan kebutuhan dari pengelola TI itu sendiri. c. Salah satu hal yang menghambat pengembangan SIM adalah selalu berubahnya pengelola TI pada instansi pemerintah dan adanya kenyataan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan SIM apabila dikerjakan oleh tenaga fungsional lain tidak mendapatkan angka kredit, berdasarkan 2 (dua) kenyataan tersebut maka dipandang perlu adanya tenaga fungsional khusus komputer, Pranata Komputer. Selanjutnya pada akhir tahun 2005 lahir sebuah direktorat baru yang bernama Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), yang salah satu direktoratnya merupakan perubahan dari Direktorat Tenaga Teknis, Ditjen PLS menjadi Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan NonFormal (Dit. PTK-PNF). Atsmosfir perubahan tersebut membawa perubahan-perubahan khususnya dengan adanya kebijakan dari Dit. PTK-PNF untuk mengikutsertakan peran masyarakat melalui organisasi sosial masyarakat (orsosmas) atau asosiasi-asosiasi profesi atau forum-forum. Hal ini berkaitan dengan kepentingan dari Dit. PTK-PNF untuk memperluaskan program-programnya langsung kepada masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu adanya perubahan peran pemerintah yang good governance, pemerintah itu sudah saatnya menjadi fasilitator bukan sebagai pelaksana dari program atau kegiatan.Akhirnya pada bulan September 2006 lahir sebuah organisasi yang bernama Forum Pengelola Teknologi Informasi Pendidikan NonFormal (FPTI-PNF) yang dikukuhkan oleh Direktur PTK-PNF, Erman Syamsuddin. Kami laporkan tahun 2006 organisasi yang baru ini mengalami kesulitan pada awal pengembangan organisasi karena masih dalam konsolidasi organisasi serta masih belum adanya sumber dana untuk dapat mendukung organisasi. Alhamdulillah, forum ini baru mendapatkan anggaran pada tahun 2007 dari Dit. PTK-PNF sebesar 80 juta rupiah. Sesuai dengan pedoman dana tersebut digunakan untuk 3 hal, yaitu: (i) konsolidasi organisasi; (ii) pendataan; dan (iii) penyusunan standar kompetensi. Menindaklanjuti pedoman ini maka pada tahun 2007 telah berhasil disusun web FPTI-PNF dalam rangka sosialisasi dan konsolidasi organisasi serta membuat aplikasi Sistem Informasi Executive (SIE) dalam rangka mendukung pendataan PTK-PNF yang akan diworkshopkan dalam rapat kerja nasional di DI Yogjakarta hari ini.Dalam Rakernas ini sekaligus pengukuhan DPD yang sudah terbentuk oleh Dewan Pengurus Pusat dengan rincian sebagai berikut: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Bengkulu, DKI Jakarta, DI Yogjakarta, Banten, Lampung, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan NTB.
Rakernas ini dihadiri oleh Kepala BPKB DIY, Endro dan dibuka oleh Direktur PTK-PNF, yang diwakili oleh Kasi Program, Subdit Program, Dit. PTK-PNF, Muktiono Waspodo, dalam arahanya beliau menyampaikan beberapa hal yang penting untuk meningkatkan kerjasama khususnya dalam bidang pendataan, menurut beliau saat ini FPTI-PNF agar dapat membantu Dit. PTK-PNF melalui anggotanya untuk mendata PTK-PNF yang ada.
Hasil dari workshop berupa konsolidasi organisasi dalam rangka persiapan Musyawarah Nasional I, tersosialisasinya SIE dan web fptipnf.org juga ke seluruh Indonesia serta penyusunan program 2008 FPTI-PNF Pusat. Disepakati bahwa bulan Juni 2008 akan diadakan Musyawarah Nasional yang agendanya adalah pergantian kepengurusan pusat yang sudah berusia 3 (tiga) tahun sesuai dengan AD/ART, pengesahan penyempurnaan AD/ART dan pembagian tugas di DPD yang sudah terbentuk untuk pembentukkan DPD-DPD yang belum ada. Dalam penyusunan ini kami serahkan kepada DPD-DPD untuk mendiskusikannya program dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan pada tahun 2008, begitu juga dengan sumber dananya. Harapan kami dari Rapat Kerja Nasional ini akan ada kesinambungan pelaksanaan pengembangan TI pada masing-masing daerah dengan pusat, sehingga akan memperkuat organisasi sekaligus efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program pengembangan SIM.
Pengurus DPP FPTI-PNF mengharapkan adanya peningkatan kerjasama antara Direktorat PTK-PNF dengan FPTI-PNF di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota akan lebih ditingkatkan lagi. Dengan mempertimbangkan bahwa sesungguhnya saat ini pengembangan SIM bagi pendidikan nonformal mempunyai 2 sumber anggaran yaitu dari Dit. PTK-PNF dananya dikucurkan melalui dana blockgrant kepada BPPNFI, BPKB dan SKB dan Ditjen PNFI melalui pengadaan sarana dan prasarana, program ICDL dan pengadaan LAB Bahasa. Di lapangan yang menjadi permasalahan adalah masih sedikitnya pengelola TI PNF yang ada pada masing-masing dari UPT atau lembaga-lembaga pendidikan nonformal lainnya, ditambah lagi masih kurangnya diklat yang berhubungan dengan TI. Oleh karena itu kedepan kami menawarkan kerjasama dalam pengadaan diklat-diklat TI bagi pengelola TI. Selain itu, masukan-masukan yang bersifat bottom-up, bukan bersifat top-down, sehingga pelatihan-pelatihan TI yang dilakukan akan langsung dirasakan keuntungannya oleh masyarakat. Adalah hal yang sangat penting dalam pengembangan pendidikan nonformal untuk melakukan loncatan dengan pengembangan TI yang tepat dan mengenai sasaran.

Dari http://www.jugaguru.com